Menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis… Heran, kaget, bingung, hingga kagum. Itulah perasaan saya saat pertama membaca “teori menulis” Gertrude Stein. Bagaimana bisa orang seperti dia membuat kalimat pengulangan seperti itu, menyalahi tata bahasa, dan kurang enak untuk dibaca. Saya akhirnya mafhum dengan kalimat itu setelah mencoba bergelut lebih dekat dengan kegiatan menulis, meski belum terlalu dekat.
*
Menulis adalah proses, ternyata memang benar. Bahwa tak ada yang berbakat dalam menulis seperti ungkapan Bambang Trim dalam bukunya Saya Bermimpi Menulis Buku, juga benar. Layaknya bersepeda, tak ada yang berbakat, yang ada adalah orang yang berani untuk berlatih bersepeda.
Jadi tak ada orang yang tidak mahir menulis, yang ada hanyalah orang yang takut dan ragu untuk melakukannya. Inilah salah satu kesan yang saya dapat saat membaca buku Chicken Soup for the Writer’s Soul. Sebuah buku yang menggugah semangat para penulis.
*
Chicken Soup for the Writer’s Soul bukanlah buku baru, mengingat terbitan pertamanya di Indonesia tahun 2007 dan telah banyak dibahas oleh forum-forum penulis. Bukan pula saya bermaksud untuk kembali membahas buku yang telah banyak dibahas orang lain. Disamping tujuan mendasar lain, saya hanya mencoba membuat tulisan Non Fiksi pertama saya di forum ini. Saya bersepakat dengan Elizabeth Engstrom dalam buku ini: Masing-masing dari kita unik di alam raya ini, sehingga demikian juga kisah-kisah yang kita tuturkan.