Monday, May 14, 2012

Gunung KATOPASA



Drama Katopasa (catper)


Sebuah perjalanan yang saya tunggu-tunggu karena bisa mendaki lagi bersama sahabat di ekspedisi tahun 2011 yang lalu (hitung-hitung reunian). Bagaimana tidak, pendakian yang pernah saya lakukan di tahun 2008 dan tidak sempat selesai karena masalah yang dihadapi diperjalanan pada waktu itu.
Satu bulan sebelumnya memang terpikir untuk mendaki gunung, tapi tak ada tujuan hendak kemana. Hingga suatu saat, teman saya yang bernama zhoel dari KPA Elite Cita mengirimkan pesan untuk mengajak melakukan ekspedisi ke gunung Katopasa. Betapa senang saat mendengarkannya, tanpa lama-lama berpikir saya langsung menyetujui ajakan tersebut.
28 januari 2012, sabtu sore jam 5 usai mencheklist dan packing semua perlengkapan yang dibutuhkan saya, zhoel (KPA Elite Cita), Udin (Galara Untad), Bang Iwan & Jaly (Ngangapala), dan Fitri (Lalimpala Untad) berangkat dari rumah dosen teman kami menuju ke poso dengan menggunakan motor. 
Baru dua jam perjalanan kesabaran kami sudah diuji ternyata petugas kepolisian di kabupaten parigi sedang melakukan pemeriksaan (Sweping) memang diluar dugaan kami, akhirnya kami harus menunggu sekitar 1 jam untuk bisa lewat dikarenakan saya tidak membawa STNK motor yang saya gunakan (dont try). Jam 9 malam kami melanjutkan kembali perjalanan, belum lama kami berkendara hujan sudah mulai turun hingga memaksa kami untuk kembali berteduh untungnya ada rumah saudara fitri tanpa meminta kami diajak makan malam oleh keluarganya (hehehe, mumpung gratis).
Jam 23:00 kami kembali melanjutkan perjalanam, belum sempat melewati perbatasan parigi dan poso kami harus dipaksa untuk istirahat lagi. Motor yang ditunggani oleh udin dan jali mogok akibat mesinnya masuk air karena sebelumnya kami melewati genangan air yang lumayan tinggi akibat hujan. Berhubung pada saat itu jam 01.00 sudah tidak ada lagi bengkel yang buka kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan besok pagi usai memperbaiki motor terlebih dahulu. Akhirnya malam itu dengan hujan yang lumayan deras, serta cuaca yang dingin kami memutuskan untuk tidur di depan warung yang menjual berbagai macam sayuran (sausu).
Keesokan harinya usai memperbaiki motor dan makan pagi kami melanjutkan perjalanan kembali, hingga jam 14:00 kami sampai disekret madicus unsimar poso. disini kami istirahat total untuk mempersiapkan diri melanjutkan perjalanan esok harinya.


30 januari 2012, senin siang usai melengkapi logistic kami berangkat ke desa mire, kecamatan ulubongka, kabupaten tojo una-una. Tapi kali ini anggota kami bertambah 3 orang yaitu, saudara samad, dirlam dan olga (Madicus) yang ikut dalam ekspedisi kami saat itu. Jumlah sekarang menjadi 9 orang, kebetulan memang pada saat itu saudara samad sudah pernah mendaki katopasa sebelumnya akhirnya ia kami tunjuk sebagai leader kami nantinya. Jam 10 malam akhirnya kami sampai di desa mire, disini kami menginap dirumah salah satu warga yang biasa di singgahi para pendaki untuk beristirahat (papa yul). Usai makan malam kami semua briefing untuk perjalanan besok sekalian untuk bertanya tentang jalur besok, tak dirasa kopi yang disuguhkan telah bocor alias habis, kami semua langsung istirahat.
31 januari 2011, selasa pagi jam 8 usai melapor dengan petugas setempat kami memulai pendakian, lepas dari rumah terakhir diujung desa mire kami menyebrangi sungai dan menyusuri perkebunan warga walaupun agak sedikit menanjak kami tiba dipos 1 (720 mdpl) pukul 11.20. Karena jarak k pos 2 (758 mdpl) hanya memakan waktu 30 menit selain tempatnya bagus dan air melimpah kami memutuskan untuk istirahat makan siang disana nanti tepatnya pukul 11.55 energen + roti bakar sudah cukup mengenyangkan perut kami. Usai mengemas kembali barang-barang kami kembali melanjutkan perjalanan. Jalur yang semakin panjang belum lagi ditambah dengan tanjakan kami menyusuri hutan rapat yang lembab dan belum juga ditambah dengan serangan sikecil yang gatal (pacet). Pada pukul 15.30 kami sampai dipos 3 (1320 mdpl) disini kami tak lama untuk istirahat karena cuaca yang sudah mulai mendung kami harus cepat sampai di pos selanjutnya untuk menginap. Sekitar berjalan 1 ½ jam kami sampai di pos 4 (1382 mdpl). Disini kami berbagi tugas jali, fitri dan dirlam menyiapkan makan malam sedangkan yang lainnya mendirikan tenda dan mencari kayu bakar. Usai makan malam dengan menu telur dadar + sayur tumis kacang panjang + dabhu2 (sambal) kami pun istirahat, lelahpun kami lepas dalam sunyinya malam itu.
Keesokan harinya 1 februari 2012, karena kami lambat bangun waktu start yang seharusnya pukul 08.00 menjadi pukul 10.00. setelah sarapan dengan menu mie goreng + sosis kami melanjutkan perjalanan ke pos selanjutnya, di jalur ini kami masih harus melewati hutan rapat yang lembab dengan beberapa tanjakan sesekali kami harus memutar melewati pohon yang tumbang, juga dijalur ini terdapat danau yang telah ditutupi oleh rumput-rumput diatasnya. Pukul 12.45 saya, jali, fitri, dan dirlam telah sampai di pos 5 (1620 mdpl), lama kami menunggu teman yang lain tapi tak kunjung datang ternyata mereka memotong jalan dan tidak melewati pos 5 langsung menuju ke pos 6. Untungnya teriakan kami mereka dengar hingga kami tidak terlalu lama menunggu, dengan modal penunjuk arah (stringe line) kami melanjutkan perjalanan, sekitar 1 jam perjalanan akhirnya kami sampai di pos 6 (1700 mdpl). Disaat itu kami bingung apakah harus melanjutkan perjalanan atau tidak karena jarak ke pos selanjutnya untuk menginap itu memakan waktu yang cukup lama belum lagi ditambah dengan medan yang ekstrim “coba kalau tadi pagi kita bangunnya cepat pasti tidak begini jadinya “sahut samad” ”. akhirnya kami memutuskan untuk menginap di pos 6 disini kami mendapatkan sumber air tergenang, tak ada sumber air yang mengalir kecuali pada saat musim hujan.
Malam di pos 6 kami habiskan dengan berbincang-bincang tentang pengalaman masing-masing, sesekali kami tertawa mendengar cerita lucu dari leader kami, itu sudah membuat lelah kami hilang. Ditemani kopi susu, roti dan setumpuk rokok kami menghabiskan malam itu sampai jam 02.00. tak dirasa semua teman-teman yang ada pada saat itu tertidur pulas ditemani kicauan burung dan dinginnya malam.

02 februari 2012, pagi-pagi sekali kami bangun tak mau kecolongan seperti kemarin kami semua bergegas cepat untuk menyiapkan perbekalan untuk perjalanan nanti. Dimulai dengan tanjakan ekstrim yang hampir miring 120 derajat untungnya ada akar-akar pohon yang bisa membantu kami untuk menanjak, sesekali terdengar suara fitri yang terpeleset akibat jalur yang kami lalui begitu licin dan kami pun tertawa habisnya si cewe yang bertubuh mungil dan biasa disapa dengan sebutan echaliptus ini selalu bertanya kalau sedang jalan (nda tau apa kalau capee). Tepat pukul 11.30 kami tiba di pos 7 (2180 mdpl) disini kami bertemu teman-teman fitri dari mapala lalimpala untad mereka baru saja turun dari puncak usai mendirikan kembali tugu yang dimana sudah hancur oleh akibat tangan-tangan yang jahil (kata mereka yang membongkar tugu katanya di bawah tugu/tringulasi terdapat harta karun) memang selalu dibutakan oleh kerakusan. Kembali kita lanjutkan perjalanan pada pukul 12.15 ke pos selanjutnya, jalur dan cuaca yang mulai tak bersahabat membuat kami sesekali beristirahat, belum lagi kami harus memeras lumut untuk mendapatkan air karena persediaan air yang kami bawa dari pos sebelumnya sudah habis akhirnya dengan penuh kesabaran serta hangatnya kebersamaan yang kami bangun pada saat berjalan, haus, lelah kami sampai juga di pos 8 (2500 mdpl) tepatnya pada pukul 15.30. Pos 8 ini adalah merupakan camp terakhir sebelum menuju puncak, disinilah kami akan mempersiapkan fisik untuk menuju puncak esok hari. sebenarnya masih ada camp terakhir untuk menuju ke puncak yaitu di pos 9 (2740 mdpl) atau biasa disebut dengan puncak lalimpala cuman karena berhubung pada saat itu cuaca tdk mendukung (angin kencang) dan jalur yang basah dan licin belum lagi ditambah dengan kondisi teman-teman yang sudah cukup lelah maka kami memutuskan untuk menginap di pos 8. Usai mendirikan tenda semua anggota tim berkumpul untuk melakukan briefing tentang perjalanan besok,
“bagimana kalau kita berangkat besok ke puncak jam 4 subuh”, sahut salah satu anggota tim.
“boleh juga, tapi apa yang akan kita kejar, ini kan bukan gunung merapi”
“iya juga sih, memang tak ada yang kita kejar, tapi apa salahnya kalau kita coba, kita anggap saja ini gunung merapi, bagaimana?? hahahahaha”
“ah sudahlah, nanti kita liat aja besok, bisa bangun cepat atau ngga?”
Diskusi pada saat itu sangat serius, tapi karena mungkin kami duduknya berdempetan mengelilingi tumpukan kayu yang dibakar serta ditemani secangkir kopi susu maka tak ada ketegangan, malahan kami hanya sering tertawa sesekali karena mendengar cerita lelucon dari saudara samad.
Pagi 03 februari 2012 pukul 06.30, tim segera berangkat menuju puncak usai sarapan subuh, kami molor 2 ½ jam dari target. Mulai dengan tanjakan dan jalur yang lembab serta akar-akar pohon yang besar melintang pada jalur dan membuat kami seringkali harus merunduk atau memutar untuk melewatinya, dengan perjalanan yang memakn waktu sekitar setengah jam akhirnya kami sampai di pos 9 atau biasa disebut dengan puncak lalimpala, dari sini viewnya terbuka serta darisini juga kita dapat melihat puncak katopasa, lepas dari puncak lalimpala jalurnya mulai menurun disini kami hampir kehilangan jalur karena terdapat banyak percabangan sekitar 15 menit berjalan jalurnya mulai berubah menanjak disisi kanan kita dapat melihat view longsoran gunung katopasa serta laut teluk tomini dan dari sisi kiri kita dapat melihat perkampungan asli suku pedalaman ampana yaitu suku wanna. Tiba pukul 08.04 kami tiba di pos 10 (2669 mdpl) atau bisa disebut dengan puncak tjatjo tjaha, sama seperti jalur sebelumnya kami menuruni punggungan lagi dan mulai menanjak lagi sampai k pos 11 (2700 mdpl) atau biasa disebut dengan puncak karaeng dari pos ini jalur sudah mulai menanjak terus, sekitar 200 meter sebelum puncak jalur sudah mulai berubah dengan tak ada lagi pohon-pohon besar serta kiri kanannya adalah jurang, Alhamdulillah akhirnya pada pukul 09.45 semua tim sampai di puncak Katopasa 2999 Mdpl, disini kami menghabiskan waktu hampir 2 jam (foto-foto, but kopi dan mie instan), sayangnya puncak yang hampir luasnya sama dengan 3 kali lapangan takraw ini harus rusak sebagiannya dengan adanya sebuah galian lubang besar sisa dari pencari harta karun yang tak jelas.
Karena cuaca pada saat itu sudah berubah, kabut sudah mulai naik ke permukaan puncak kami memutuskan untuk segera turun. Pukul 14. 00 kami tiba kembali di pos 8 disini kami bermalam lagi untuk memulihkan stamina, esoknya 04 februari 2012 pukul 09.00 kami mulai turun langsung menuju perkampungan desa Mire, pukul 15.37 kami sampai di desa mire. Sesampainya kembali dirumah papa yul kami bersih-bersih mencuci semua peralatan dan pakaian yang kotor, disini kami bertemu kembali dengan tim dari mapala lalimpala (teman-teman fitri) ternyata mobil yang menjemput mereka belum datang.
Esok harinya 05 februari 2012 usai sarapan pagi dirumah papa yul dan dirumah saudara Kamil (double breakfast) kami melanjutkan perjalanan pulang ke Palu, sesinggahnya di Poso kami harus menginap lagi dua malam karena ajakan dari teman-teman Mapala Madicus untuk membawa kami jalan-jalan ke danau poso dan gua pamona yang berada di daerah tentena. 07 februari 2012 pukul 13.05 kami balik ke palu, karena sering kali singgah pukul 22.50 kami baru sampai di palu.
Sungguh sebuah pengalaman yang luar biasa bisa naik gunung bersama teman-teman expedisi tahun lalu yang sebelumnya belum aku kenal ditambah lagi hutang yang 4 tahun lalu bisa terbayarkan. Terima kasih buat mapala madicus yang sudah mengatur semua perjalanan ekspedisi kami, khususnya kepada saudara samad (leader), dirlam dan olga yang sering membantu kami pada saat lelah dengan cerita-cerita lucu kalian. Semoga akan da perjalanan bersama lagi dalam petualangan berikutnya. (penulis : Onald. V)
Ket :
- Air
Pos 1 (ada)
Pos 2 (ada)
Pos 3 (tidak ada)
Pos 4 (ada)
Pos 5 (tidak ada)
Pos 6 (ada)
Pos 7 (tidak ada)
Pos 8 (ada)
Pos 9 sampai pos 11 (tidak ada)
- Ketinggian setiap pos dalam tulisan ini merupakan hasil dari GPS yang kami pakai pada saat pendakian.

2 comments:

  1. mantap...
    ceritanya menarik, jd rindu sama Bang kamil, Papa Zul, Kades dan warga Mire lainnya.

    ReplyDelete

Olovatu River Tubing

Booking Now..